CABIK
Tak ada yang tersisa dari sebuah peristiwa, yang tersisa hanya derai
dan air mata yang membuat aku tak mampu untuk mendenguskan kembali
napas ini. senyap...tak lagi riuh bergemuruh ketika hidup menawarkan
harga perjuangan yang harus di emban.kita pernah bersama melintasi
lorong gelap dan tebing terjal. aku tak mampu lagi untuk menangis
ketika air mata habis.tak perlu kau turut pada lolongan anjing yang
membuat derita.
kenang apa yang telah ada walau hanya sebuah perjalanan yang
menceritakan pengorbanan, demi sebuah cinta kita bertahan dalam sebuah
penderitaan.sesungguhnya ia tak bernah berurai air mata walau tak
pernah mengisi hampa dunia. kita yang harus menjemputnya dalam lorong
rahim itu.deroiknya di hening malam dapat meluluhkan kebekuan yang tal
kunjung padam.
tak perlu kau menangis tanpa alasan dengan air mata yang kau isyaratkan
sebagai sebuah kepedihan, dalam penggalan kisah yang kau tulis di
cakrawala tanpa kata.tidak...! kau bukan dewa yang mulia, bahkan kau
lebih hina dari dusta.apa yang kau cari...? sebenarnya kita memburu
mimpi dan membunuh diri, ketika senja hanyut tergerus padang ilalang.
kau tak perlu pulang, tak perlu merindu.....
secarik asa dalam kegalauan, ada hening dan syahdu dalam sebuah
pemberontakan, yang membuat kita selalu bernapsu untuk mengelabui
hati.tak ada batas yang telah terampas? kita harus berguru pada alam
untuk memaparkan nilai hidup...
biarkan aku mengembara lebih lama lagi. untuk mencari rindu yang
menghunus kalbu, air mata tak pernah kuundang tapi ia telah datang.
kedunguan kita telah menyelimuti keserakahan kita. bantu aku memanggil
kalbu.ketka sayap-sayap rindu terlukis
dipunggungku.....terbanglah....terbanglah....Puisi
WANITA
Garis wajahmu tegas seperti pelangi menghias angkasa.
ketika alur cerita tak lagi bermakna.....
hiasi dengan senyum yang tak lagi sendu.
kita adalah insan yang terus berpacu.
belajar mencari dan mengerti arti dan makna hidup
hidup sebuah perjuangan yang harus dipelajari dan di kaji.
garis wajahmu tak lagi biru.
terlukis dalam kegundahan malam,
tertulis dalam tabir yang tak kelam.
wahai wanita dengan garis wajah ceria.
jangan biarkan kau buat hampa dan nestapa secangkir hidup yang tersaji.
biarkan hidupmu melukiskan keabadian sebuah perjuangan.
jadikan perjuanganmu sebagai kenangan hidupmu.
wahai wanita.....
tuliskan sebuah karya di horizon...
bagikan asamu di cakrawala.
kini kau adalah wanita....
walau kau bertahta disinggasana istana dari abu
kau mampu mendandani jiwa kosong dari kegelisahan malam.
jangan pernah berhenti langkahmu walau terseok.
jangan ragu pijakmu walau ada belenggu.
sebelum jiwa kita binasa dan kembali menghadap yang kuasa.
SEBUAH PINTA
Tuhan...
Biarkan aku mengembara lebih lama.
menyusuri jejak keagungan-Mu
dalam sebuah lentera kecil dengan cahaya temaram.
yang tak suram dan tak kelamTuhan...
Hiaskan sebuah ronce melati.
harumkan jiwaku seperti kasturi.
agar jiwa tak lagi nestapa.
yang tak rapuh tanpa gulana.
Tuhan...
beri aku sejenak keabadian untuk mengenang.
mengisahkan arti perjalanan walau tak panjang.
ketika kau ambil jiwa ini aku dalam beranda-Mu.
bersujud dalam rangkulan-Mu.
Tuhan...
jika aku menghadap-Mu
aku ingin.......
tulang belulangku menjadi lilin yang menyala
yang dapat menerangi jalan mereka
untuk menuju kemenangan abadi.
Tuhan...
hanya itu pintaku pada-MU
WARNA HIDUP
Biru itu sendu tak lagi menawan
merubah kelam warna hidup
apakah mampu...?
ketika putih dicari
merah meronta dalam kepingan rindu
membaur dalam padam kelabu
biru....
apakah warna itu menjamu
ketika hijau menyerikan rongga nafas
mampukah menelusur dalam putihnya jiwa
biru.....
apakah itu sendu
yang pasti itu adalah sebuah kalbu